Rabu, 21 Januari 2009

Kerendahan Hati


Tidakkah kita ingat, ketika Rasulullah mendapat anugrah untuk memindahkan batu hajar al aswad ketempat asalnya setelah batu itu tergeletak jauh dari Ka’bah akibat terlanggar banjir ?. Dengan kerendahan dan kehalusan hatinya, Rasulullah melepas sorbannya dan meletakkannya ditanah, selanjutnya beliau meletakkan batu itu diatas sorban dan mempersilahkan para pemimpin kaum arab untuk memegang ujung sorban serta mengangkatnya mengembalikan ketempat asalnya. Walaupun kedua kejadian diatas merupakan peristiwa yang berbeda konteks, namun keduanya memiliki essensi yang sama, yakni mengedepankan tawadlu’, ikhlas dan toleransi.

Rasulullah bersabda : Berbahagialah orang yang rendah hati, bukan karena ia dalam keadaan miskin, … (al Hadits)

Rendah hati haruslah senantiasa bersemi didalam sanubari, agar manusia dapat mengetahui dan merasakan hakikat kehidupan. Karena dengan kerendahan hatilah manusia dapat menemukan “rasa” kehidupan ini.

Rasullah pernah bersabda :
Tidakkah aku pernah memberitahu kalian tentang manisnya ibadah ?, para shahabat bertanya : Apakah itu ?, Selanjutnya Rasulullah menjawab : Rendah hati .

Dengan kerendahan hati seseorang dapat memberikan warna indah bagi kehidupan ini, warna-warna sederhana namun penuh makna. Sebuah syair arab mengatakan :

Bertawadlu’lah engkau, niscaya engkau adalah bintang bercahaya Diatas permukaan air bintang itu akan terlihat indah Janganlah engkau sepeprti mendung hitam yang naik dengan sendirinya Ia begitu hina dilangit yang luas

Karena itu posisi seseorang tidak menentukan kehormatannya, tapi perilakunyalah yang menyebabkan ia terpandang, sebuah hadits berbunyi :

Kemulyaan itu adalah ketaqwaan, Kehormatan adalah kerendahan hati dan keyakinan adalah kekayaan.

Demikian berharga kerendahan hati, bahkan ketika Rasulullah dipersilahkan untuk memilih oleh Allah diantara dua pilihan, menjadi seorang hamba sekaligus seorang utusan, atau menjadi seorang Nabi sekaligus sebagai raja. Ketika itulah Rasulullah kesulitan untuk memilih, namun atas bantuan karibnya, Jibril, Rasullah akhrnya memilih menjadi seorang hamba sekaligus sebagai utusan. Dan sebagai balasan bagi orang-orang yang rendah hati, Allah telah menyiapkan anugerah yang tidak terhingga kelak dihari pembalasan, al Masih (Nabi Isa AS) pernah berkata :

Berbahagialah orang-orang yang rendah hati didunia, kelak dihari kiamat mereka adalah orang-orang yang memiliki tahta, berbahagialah orang-orang yang mendamaikan sesamanya didunia, mereka dihari kiamat nanti adalah orang-orang yang mewarisi firdaus, dan berbahagialah orang-orang yang suci hatinya didunia, pada hari kiamat nanti mereka adalah orang-orang yang akan melihat Allah. Subhanallah….

Semoga kita dianugerahi kerendahan hati. Amin.

Disadur dari Mukasyafah al Qulub al Muqarrib ila Hadzrat ‘Allam al Ghuyub karya al Ghazali ( diringkas dari Mukasyafah Kubro oleh DR. Syaikh Muhammad Rasyid al Qabbany)

Tidak ada komentar: